Jangan Merebut Peran Tuhan
Sadar tidak, kita sedang merebut peran Tuhan ?
Begitu mudah menghukumi sesuatu, begitu mudah memberi saran dan memberi label kepada orang lain.
"hey.. kau itu salah" atau "gapapa, kamu gasalah kok, yang penting... bla bla bla"
atau bahkan untuk diri sendiri, acap kali kita sangat mudah mencari pembenaran oleh apa-apa yang telah diri sendiri lakukan.
"ya Allah.. kau tahu kan maksudku ?, aku berniat ... bla.. bla.. bla" begitu tawarnya kepada Tuhan.
Kemudian diahiri dengan "Gusti.. Kau maha pengampun, aku percaya kau akan mengampuniku" begitu katanya.
Sejurus kemudian kita mudah melupakan kesalahan.
_______
***
Ya, tidak perlu susah-susah menjadi Tuhan bagi orang lain. Sebab kita sendiri sudah terlalu lelah menjadikan diri kita Tuhan bagi kita.
Lantang berkata keras suara, menghiraukan nasehat orang lain, sebab “kita paling benar”.
Telah dikabari berita gembira surga, dibawakan berita kengerian neraka, lantas kita mudah lupa lalu berdosa.
Dengan lihai berujar, “Tinggal tobat” atau “Tuhan Maha Pengampun”
Ya, tak perlu lelah menjadi Tuhan bagi orang lain.
Sebab kita sudah bersilat lidah, demi pertahankan kepentingan, keinginan sendiri. “gapapa yang penting bla..bla..bla..” katanya.
Ya, tak perlu menjadi Tuhan bagi orang lain.
Ya, tak perlu menjadi Tuhan bagi orang lain.
Sebab, kita sudah terlanjur sering menuhankan keringat, usaha, dan kerja, hingga akal dan pendapat kita.
Mereka segalanya bagi kita. “Biar kata dibilang egois tak punya jiwa, asal aku bahagia dan punya harta,” begitu lisan berkata. Angkuh kita bukan main ya.
Ya, tak perlu sibuk-sibuk menjadi Tuhan bagi orang lain.
Ah, hina nian kita. Kita tak sadar mencuri, berlaga pura-pura, merebut peran Tuhan kita.
Ya, tak perlu sibuk-sibuk menjadi Tuhan bagi orang lain.
Ah, hina nian kita. Kita tak sadar mencuri, berlaga pura-pura, merebut peran Tuhan kita.
Komentar