Jadi Manusia Saja Cukup !

Tiap-tiap kita adalah malaikat dengan satu sayap, yang hanya bisa terbang ketika kita saling bergandeng tangan

Pengalaman Relawan Bencana
______

Semarang, pertengahan bulan februari 2018. Pekan ini bisa dibilang ada longweekend libur imlek di hari jumat, kemudian sabtu, kemudian ahad.
Entah.. aku lagi malas menerima tawaran liburan anak-anak hehe (gaya an padahal masi lembur koreksi tulisan~ heheh hehe)
yaa.. sore itu aku melihat time line di ig foto mbahajar (tokoh ini sempat muncul di edisi nggunung Slamet) lagi main main di banjiran. Awalnya si biasa aja begitu kubaca caption nya ternyata itu banjir ada di Sayung Demak. Ya.. itu daerah ujung perbatasan tanah kelahiranku. (hmmm dekat juga ya) dan setelah lihat time line itu masih biasa saja sih.

Malamnya beredar foto-foto spam di grup WA yang menggambarkan kondisi banjir Sayung Demak sore tadi yang kulihat di time line ig. (wahhh cukup viral) kebetulan aku gabung salah satu grup wa yang ber subjek “DDV Jateng” (kepanjangan nya Dompet Dhuafa Volunter katanya heheh ehehe) dan ada jarkom tawaran unutk menjadi relawan banjir di situ. Dari situ aku iseng untuk isi time liburan biar agak berfaedah kucoba submit untuk ikut aksi hari ahad.

Yak perjalanan~

Ahad pagi pukul 07.30 aku sampai di titik kumpul (janjian nya sih jam 7 heheh ehehe jangan ditiru ya berat, biar aku saja) aku berangkat ke lokasi bersama rombongan dari tim Dompet Dhuafa Jawa Tengah. Pas sampai kemudian parkir motor, aku sempat bingung mana mobilnya.. yang kulihat hanya sebuah mobil ambulance yang juga parkir dekat motorku.
Hanya sekelibat aku berfikir tentang alat transportasi menuju ke sana (yaiyalah.. begitu datang langsung dipelotoin anak anak HAHAHA).
Bergegas aku menuju teman-teman yang telah (red: terpaksa) menungguku. Kemudian mereka menggiring aku menuju mobil ambulance.

YA.. KE TKP NAIK AMBULANCE ntapp jiwo kann ?? (waktu itu rasanya ngeri ngeri sedap gitu agak mlongo pas mau naik).

Berbekal   سُبْحَانَ الَّذِىْ سَخَّرَلَنَا هَذَا وَمَاكُنَّالَهُ مُقْرِنِيْنَ وَاِنَّآ اِلَى رَبّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ   aku duduk di mobil jenazah sampingan tempat alas keranda (gitudeh~).

Perjalanan menuju TKP tyda semulus kulit raisa gaiss, karena hari itu adalah hari ahad yang dimana berbarengan dengan adanya car free day ditambah pak Ganjar (may luv) sedang berkampanye, mosly segala jalanan ditutup. Bagai di labirin, mobil ambulance ini muter2 daerah simpang lima di gang-gang sempit selama kurang lebih 30 menit. Sungguh ingin berteriak, heii ma luv pak ganjar.. ayo ikut kami ! huh sebal. perjalnan menuju TKP kurang lebih menjadi 2 jam, yang normalnya jarak itu dapat ditempuh hanya 45-60 menit lah.

Oke, sampai kami di lokasi. kupasang amunisi rompi, topi minus kopi aku turun dari ambulance bersiap gagah menyambut para korban banjir (ya aku alay sek).
ternyata tempat berhenti ambulance ini bukanlah TKP pos batuan yang akan kami tuju. ya.. akses menuju ke sana melalui gang sempit sehingga harus berjalan berkilo kilo meter menuju ke sana.
tapi jangan khawatir,, aku naik motor boceng mas mas relawan yang sudah dahulu datang ke sana pagi-pagi. hhehe

Lokasi pertama yang aku kunjungi adalah LKC (Layanan Kesehatan Cuma-Cuma) yang telah beroperasi sejak jam 7 pagi tadi (uwwuwu mas dokternya djakepp #ehh pasih !)
Sesampainya di sana kumulai melihat gambaran banjir. pemandangan seperti itu yang bisannya hanya kudapati melalui televisi ayau media visual lainya. ini kulihat langsung di depan mata YA.. rumahnya tergenang air, ada yang sampai menengglamkan setengah isi rumahnya, atau bahkan hanya sampai ke teras. apapun itu ! kulihat ekspresi sedih warga meratapi rumah yang sementara tidak dapat dihuninya itu.

biadab banget nggaksiih malah selfie !


pemandangan pertama banget sampai lokasi (belum apa apa dibanding foto nanti)


Tidak banyak yang dapat kulakukan di LKC, yang jelas aku hanya mampu melongo dan masi spechless oleh pemandangan baru itu. beberapa warga antri untuk memeriksakan diri atau bahkan sanaK keluarga mereka, muai balita hingga lansia. Banjir yang telah terjadi seminggu lamanya itu menjadikan masyarakat mulai terganggu kesehatannya.
Syafakallah ya wahai saudara-saudari sekalian. :)


***
Dapur Umum

Melangkah ke lokasi selanjutnya, yakni Dapur Umum. Spele mungkin, tapi itu kali pertama (bukan raisa lagi) aku menjumpai tempat yang bernama dapur umum. 
Adalah tempat di mana berkumpul ibu-ibu (bukan ngerumpi) untuk mengolah berbagai bahan makanan yang berasal dari para donatur untuk kemudian dijadikan makanan siap saji yang akan dibagikan kepada warga korban bencana banjir tersebut. Memasak dalam porsi bukan lagi belasan atau bahkan puluhan, melainkan porsi ratusan jiwa. Bayangin kakkk masak sebegitu banyak nya, tapi tetap enak loh.. uuh terpujilah wahai kalian buibu rakhimakumullah ~ masakan kalian endesss.
Di DU sempat aku belaga abntuin masak (pliss kalian harus percaya).
nih fotonya. 

dah siap adekakkk, dah bisaa  ~
berbincang dengan salah satu pengungsi kisahnya selama hidup di sini 4 kali kebanjiran hiks


***
Menyisir Lokasi Banjir Membagikan Makanan

Setelah bermain-main di DU (dapur umum) dan bergurau bareng buibu, kuberanjak ke lokasi lain. awalnya diajak oleh salah satu leader relawan di sana nama nya mas Mustain (kalau gasalah)

"mau ikut ggak ?" tawar mas mustain
"ke mana ?" tanyaku
"ada.. pokonya seru. bisa naik motor ?" lanjutnya
"bisa banget" jawabku congkak
"metic atau gigi ?" tanya nya lagi. (aelaaah banyak nanya mas nya)
"bisa semua" tegasku
"oke yok !"

Perjalanan dari ke desa ngepreh tidaklah lama, tapi berat.. kamu gaakan kuat, aku saja !
ya.. sepanjang jalan adalah jalananan sempit yang dipenuhi oleh kenangan, ehh genangan air.
sontak sedikit shock, benar-bnar kondisi jalan tidak terlihat karena tertutup air keruh.
berbekal sholawat dan pancaran radar neptunus, aku berhasil melaluinya. WAW HEBAD 

kanan kiri selama perjalanan pemandangannya gini :(

bisa berhenti bentar wat nafash

kek dikali ya.. tapi itu jalan

Tiba lah di lokasi dan kegiatan yang sungguh ini menjadi kesan luar biasa. Yak, menuju rumah-rumah warga yang terendam banjir untuk mengantarkan makanan-makanan warga yang terjebak di dalam rumah mereka. MasyaAllah Subhanallah, gatau pokonya getar pisan di hati selama prosesi tersebut. Melihat orang-orang yang hanya bisa menunggu kiriman makanan dari tim relawan seperti ini. Lantas.. jika tidak ada yang mengantar makanan, bapak ibu makan apa ??Allahualam bisawab, :)

Saya jelaskan di foto saja ya, kondisinya :(






Untuk membantu sesama, kita gak perlu berandai-andai sesuatu yang gak mungkin bisa terjadi. Yang perlu kita lakuakan adalah menjadi diri sendiri untuk membantu sesama, bergandeng tangan dan membuka mata.
Tidak perlu menjadi orang hebat untuk berbuat baik, menjadi manusia saja sudah cukup.

Komentar

Postingan Populer