sederhana atau tidak sederhana~
Ada yang bilang bahwa bahagia itu tidak sederhana. Dengan skeptisnya bertanya “kata siapa bahagia itu sederhana??”
Ada pula yang bilang “bahagia itu sederhana” cukup dengan senyum, misalnya.
___
***
Diantara pendapat sederhana dan tidak sederhana dalam berbahagia sebenarnya mana yang benar-benar benar? Saya mencoba mencerna perbedaan pandang keduanya.
mungkin ia yang pernah berpikir bahwa bahagia tidak sederhana, karena ia telah menjalani proses untuk mendapatkannya tidak sesederhana itu. Penuh cucur peluh, perjuangan teguh melawan mengeluh. Seperti memperjuangkan hal besar: mendirikan sebuah yayasan anak yatim, ataupun membuka usaha guna menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka yang dhuafa, bisa juga pencapaian penuh peluh untuk diri sendirinya dalam sebuah studi.
pun mungkin ia yang berpikir bahwa bahagia itu sederhana, telah lelah melalui momen-momen pencapaian. kemudian ternyata menyadari justru banyak hal-hal kecil yang bisa membuatnya bahagia, tanpa harus lelah-lelah berkeringat. Seperti mensyukuri hal-hal kecil; diucapkan "how's your day ?" oleh sidia, ataupun melihat kelap-kelip lampu hias di malam hari sambil ndengerin lagu tulus, bisa juga dapat menyelesaikan tulisan iseng terus dipost di blog adalah sebuah kebahagiaan yang mudah didapat.
Dan
Dari sekian banyak nasehat para bijak, para ‘alim ulama, para filsuf, yang pernah saya kumpulkan, pernah saya simpan di notes, saya jadikan wallpaper ataupun saya jadikan catatan penting dalam sebuah blog, saya menarik kesimpulan bahwa bahagia adalah suatu hal yang fana dan sekejap. bahagia tidak bisa dijadikan sekadar pencapaian ataupun hanya dijadikan sebagai saat ini yang dinikmati. Tidak hanya dalam salah satunya. Bahagia harus ada dalam keduanya.
Bahagia itu diperjuangkan, namun bukanlah suatu pencapaian.
Bahagia itu mensyukuri yang ada, namun bukan suatu pemberian.
Karena jika bahagia adalah pencapaian, niscaya kau takkan pernah merasa cukup meski mencapainya.
Karena jika bahagia adalah pemberian, niscaya kau kan terus menuntut diberi, tanpa mencipta sendiri.
wallahualambisawab~~~
Ada pula yang bilang “bahagia itu sederhana” cukup dengan senyum, misalnya.
___
***
Diantara pendapat sederhana dan tidak sederhana dalam berbahagia sebenarnya mana yang benar-benar benar? Saya mencoba mencerna perbedaan pandang keduanya.
mungkin ia yang pernah berpikir bahwa bahagia tidak sederhana, karena ia telah menjalani proses untuk mendapatkannya tidak sesederhana itu. Penuh cucur peluh, perjuangan teguh melawan mengeluh. Seperti memperjuangkan hal besar: mendirikan sebuah yayasan anak yatim, ataupun membuka usaha guna menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka yang dhuafa, bisa juga pencapaian penuh peluh untuk diri sendirinya dalam sebuah studi.
pun mungkin ia yang berpikir bahwa bahagia itu sederhana, telah lelah melalui momen-momen pencapaian. kemudian ternyata menyadari justru banyak hal-hal kecil yang bisa membuatnya bahagia, tanpa harus lelah-lelah berkeringat. Seperti mensyukuri hal-hal kecil; diucapkan "how's your day ?" oleh sidia, ataupun melihat kelap-kelip lampu hias di malam hari sambil ndengerin lagu tulus, bisa juga dapat menyelesaikan tulisan iseng terus dipost di blog adalah sebuah kebahagiaan yang mudah didapat.
Dan
Dari sekian banyak nasehat para bijak, para ‘alim ulama, para filsuf, yang pernah saya kumpulkan, pernah saya simpan di notes, saya jadikan wallpaper ataupun saya jadikan catatan penting dalam sebuah blog, saya menarik kesimpulan bahwa bahagia adalah suatu hal yang fana dan sekejap. bahagia tidak bisa dijadikan sekadar pencapaian ataupun hanya dijadikan sebagai saat ini yang dinikmati. Tidak hanya dalam salah satunya. Bahagia harus ada dalam keduanya.
Bahagia itu diperjuangkan, namun bukanlah suatu pencapaian.
Bahagia itu mensyukuri yang ada, namun bukan suatu pemberian.
Karena jika bahagia adalah pencapaian, niscaya kau takkan pernah merasa cukup meski mencapainya.
Karena jika bahagia adalah pemberian, niscaya kau kan terus menuntut diberi, tanpa mencipta sendiri.
wallahualambisawab~~~
Komentar