Lupa Diri
***
Nikmat yang sudah begitu banyak didapati, seringnya membuat kita jadi lupa diri.
Lupa akan Sang Pemberi, begitu saja pergi, saat merasa butuh baru kembali.
Sudah jua diberi, ibadah ditinggal lagi.
Lalu ketika musibah datang menghampiri, bukan istighfar yang hadir maupun introspeksi, yang ada malah menghakimi Sang Pemberi.
Merasa Ia tak adil pada hambaNya ini, padahal kita yang harusnya berkaca sendiri.
Kegagalan, kesedihan, kekecewaan, keputusasaan, dan segala hal-hal buruk yang menimpa, bukanlah sesuatu hal yang perlu disesali, sayangku.
Sibuk mencari sumber kesalahan, memusuhi orang yang sekiranya bertanggung jawab lebih besar, meraung-raung atas kondisi yang dialami, seolah merasa diri adalah yang paling terpuruk, tapi kemudian lupa akan satu hal.
Lupa, bahwa ikhtiar yang dilakukan ternyata jauh dari kesempurnaan.
Lupa, bahwa berserah pada takdir harus menjadi catatan.
Lupa, berlapang dada menjadi kewajiban dalam penerimaan.
Lupa, menyertakan Allah di setiap perjalanan.
Bahagia, belum tentu beserta ridha.
Indah, belum tentu disertai berkah.
Nikmat, bisa jadi tak diiringi rahmat.
Tapi jika mengutamakan mencari ridha, berkah, dan rahmat-Nya, suatu keniscayaan, kebahagiaan, keindahan, dan kenikmatan, akan membersamai kita, insyaaAllah.
Senyuuuum gabole cemberut-cemberut. Kalau cemberut, kuajak jalan-jalan sinih :)
Komentar