happines will never come to those who don't appreciate what they already have



“Happines will never come to those who don’t appreciate what they already have.”
kebahagiaan tidak akan datang pada mereka yang tidak mensyukuri apa yang telah mereka punya. Kira-kira begitulah terjemah bebas atas kata-kata mutiara di atas. Manusia dibanjiri begitu banyak cinta oleh Sang Pencipta, hanya saja terkadang manusia belum mampu untuk mensyukurinya. Manusia merasa apa yang ada di dalam dirinya adalah sebuah hal yang biasa-biasa saja, sampai sebuah peristiwa hidup yang menghentakkanya ke sebuah titik kesadaran, bahwa segala yang ia punya sangatlah berharga. 
Sejak manusia terlahir ke dunia, dengan segala organ yang lengkap beserta sistem dan fungsinya yang luar biasa, sejak itu pula seharusnya rasa syukur tercipta. Karena itulah orang tua kita mengadakan syukuran atas kelahiran putra-putrinya. Setelah kita dewasa, menjadi tanggung jawab kita masing-masing untuk meresapi kembali makna bersyukur atas apa-apa yang kita miliki.
Tahu rasanya orang yang memiliki mata yang sehat? Tapi tahukah kita bagaimana rasanya jika kita tak dapat melihat?
Tahu rasanya memiliki telinga yang normal hingga bisa mendengar? Tapi tahukan kita bagaimana rasanya jika menjadi tuli?
Tahu rasanya mencecap berbagai masakan yang lezat? Tapi tahukan kita bagaimana rasanya jika untuk sekedar menelan makanan harus melampaui rasa sakit yang luar biasa?
Nikmat-nikmat itu bagai rinai hujan, rintik kecil-kecil yang kita miliki, tapi terkadang lupa kita sadari. Bahwa rintik-rintik itu jumlahnya sangatlah banyak, bahkan tanpa harus kita meminta, Allah mencukupkannya.
Permisalan-permisalan di atas adalah hal-hal sederhana yang wajar terjadi di kehidupan manusia, belum kita sebutkan contoh-contoh khusus yang lebih menguras jiwa.
Tentang penyakit-penyakit kronis yang mematikan. Tentang ruas punggung yang jika salah satunya bermasalah harus kita bayar dengan harga 230 juta, hingga untuk ruas punggung saja bisa diuangkan senilai 6 Miliar rupiah. Begitu mahalnya harga yang dibawa manusia sejak lahir.
Menengok kembali syukur kita, masihkah kita mengeluh, menyalahkan keadaan atau bahkan menyalahkan Tuhan? Atas ketidakmampuan-ketidakmampuan kita mensyukuri apa yang telah diberikan, maka jangan salahkan sesiapa jika suatu kali Allah menegur dengan mencabut nikmat. 
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih."
(Q. S. Ibrahim: 7)
Maka sekali lagi, jangan kita menjadi manusia yang baru merasa memiliki setelah kita kehilangan. Lihat apa yang ada dalam diri kita, syukuri sebaik-baiknya. Banyak cara untuk mengungkapkan sukur pada-Nya. Layaknya iman, ia bisa dilaksanakan dalam hati, lisan dan juga dibuktikan lewat tindakan.
Ayat pamungkas yang selalu membuat hati yang lembut senantiasa tersentuh atas nikmat-Nya yang sangat banyak. Surat cinta yang Dia hadiahkan untuk kita semua, tapi terkadang lupa untuk kita baca. Dalam diri yang telah dibanjiri dengan banyaknya cinta Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, cinta macam apa lagi dari makhluk yang engkau harapkan?
"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"
(Q. S. Ar Rahman)


*menasehati diri, 24-8-2014
-Millaturrofi’ah-

Komentar

Postingan Populer