hakikat ilmu falak
I.
PENDAHULUAN
Dewasa
ini fenomena-fenomena antariksa semakin bergeliat dengan banyaknya
penemuan-penemuan baru luar angkasa, yang memunginkan pengekplorasian jagat
raya bahkan dimungkinkanya untuk dijadikan sebagai hunian baru bagi umat
manusia. Dalam dunia islam fenomena astronomi (falak) kontemporer ini juga
tidak kalah pesat perkembanganya, terbukti dengan penggunaan berbagai alat-alat
yang tidak lagi terkesan tradisonal atau kuno tapi sudah menjadi
peralatan-peralatan canggih guna pendukung kegiatan pengamatan atau penganalisaan
benda luar angkasa yang berorientasi pada masalah ubudiyah orang islam.
Fenomena
astronomi banyak terulas dalam Al-Qur’an, ini merupakan bukti bahwa al-Qur’an
menganjurkan kepada manusia untuk merenungi fenomena alam. Al-Qur’an dalam
konstruksinya selain berisi tentang hidayah, akidah, ibadah dan sejarah, juga
berisi dan bernuansa ilmu pengetahuan, meski Al-Qur’an tidak disebut sebagai
kitab ilmu pengetahuan. Cukup banyak temuan-temuan terkini yang terdeteksi
melalui Al-Qur’an. Fenomena astronomi (falak) banyak tertera dalam Al-Qur’an
yang pada kenyataannya sangat terkait dengan aktifitas manusia. Sumbangsih
terbesar ilmu falak dalam Islam adalah peranannya dalam penentuan waktu-waktu
ibadah. Dalam makalah ini kami akan mencoba sedikit mengulas seputar ilmu
falak.
II.
RUMUSAN MASALAH
Dari
beberapa pemikiran uraian yang telah kelompok paparkan pada latar belakang,
maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa
pengetian ilmu falak?
2.
Apa
saja ruang lingkup pembahasan ilmu falak?
3.
Apa
dasar ilmu falak?
4.
Bagaimana
sejarah ilmu falak di Dunia, Bangsa Arab, dan Indonesia?
5.
1
|
III.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Ilmu Falak
العِلمُ الذِى يَخْتَصُّ بِحِسَابِ سَيْرِ الشَّمْسِ وَالقَمَرِ
وَالكَوَكِبِ
Ilmu falak adalah ilmu khusus yang membahas pergerakan matahari,
bulan, dan bintang-bintang.[1]
Menurut Howard R. Turner ilmu falak atau miqat yaitu sains mengenai
waktu-waktu tertentu yang diterapkan melaui pengamatan langsung menggunakan
alat serta melalui perhitungan matematis dalam rangka menentukan shalat lima
waktu, matahari tenggelam, fajar, malam, lewat tengah malam dan sore.[2]
Menurut Ahmad Izzudin, Ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari
tentang lintasan benda-benda langit, diantaranya bumi, bulan, dan matahari.[3]
Dari beberapa pengertian yang di paparkan,
dapat di simpulkan bahwa ilmu falak adalah ilmu yang membahas tentang orbit atau
lintasan serta kedudukan dan keadaan benda langit antar satu dengan lainya yang
berhubungan dengan ibadah.
2.
Ruang Lingkup Ilmu Falak
Ruang
lingkup Ilmu falak pada dasarnya dapat di bedakan menjadi dua macam, yaitu:
a.
Theoretical
astronomy atau ilmu falak ilmy, yaitu
ilmu yang membahas teori dan konsep banda-benda langit yang meliputi:
1)
Cosmogony
yaitu teori tentang asal usul benda-benda langit dan alam semesta.
2)
Cosmology yaitu cabang astrologi yang menyelidiki asal usul struktur dan
hubungan ruang waktu alam semesta.
3)
Cosmografi yaitu pengetahuan tentang seluruh susunan alam, penggambaran umum
tentang jagad raya termasuk bumi.
4)
Astrometrik yaitu cabang astronomi yang kegiatanya melakukan pengukuran
terhadap benda-benda langit dengan tujuan mengetahui ukuran dan jarak antara
satu benda langit dengan benda langit lainya.
5)
Astromekanik
yaitu cabang astronomi yang mempelajari gerak dan gaya tarik
benda-benda langit dengan cara hukum mekanik.
6)
Astrofisika yaitu bagian astronomi tentang beda-benda angkasa dari sudut ilmu
alam dan ilmu kimia. [4]
b.
Practical
astronomy/observational astronomy atau
ilmu falak amaly yaitu ilmu yang melakukan perhitungan untuk mengetahui
posisi dan kedudukan benda-benda langit antara satu dengan lainya. Inilah yang
kemudian dikenal sebagai ilmu falak atau ilmu hisab.
Pokok bahasanya dalam ilmu falak meliputi penentuan waktu,
posisibenda lagit (Matahari dan Bulan) yang di asumsikan memiliki keterkaitan
dengan pelaksanaan ibadah umat islam. Sehingga pada dasarnya pokok bahsan ilmu
falak berkisar pada:
1.
Penetuan arah kiblat (azimuth) dan
bayangan arah kiblat (rashdul kiblat).
2.
Penentuan
awal waktu shalat.
3.
Penetuan
awal bulan (khususnya bulan Qamariyah atau Hijriyah).
4.
Penetuan
gerhana baik gerhana matahari atau gerhana bulan.[5]
3.
Dasar Ilmu Falak
Terkait dengan keberadaan urgensi ilmu falak terhadap pelaksanaan
ibadah umat islam di atas, kiranya bukan tanpa dasar hukum. Secara umum dasar
hukumnya antara lain:
a.
Firman
Allah SWT. Dalam QS.Yasin : 38-40
وَالشَّمْشُ تَخْرِى لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذَلِكَ تَقْدِ ىْرُ ا
لْعَزِ يزِ ا لعَلِيمِ ؤا لْقَمَرَ قَدَّ ر نَا ةُ مَنَا زِ لَ حَتَّى عَا دَ كَا
لْعُر خُو نِ القَدِيمِ لَا الشَمْسُ يَمْبَغِيلَهَا اَنْ تُدْرِكَ القَمَرَ وَ
لَا اللَيْلُ سَا بِقُ النَّهَارِ وَ كُلُّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ....
…“Dan matahari berjalan di
tempat peredaranya. Demikianlah ketetapan yang maha perkasa lagi maha mengetahui.
Dan telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia
sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bantuk tendon yang
tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan Bulan dan malampun tidak dapat
mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya” (QS. Yasin
[36] : 38-40).
b.
Hadist
riwayat Ibn Sunni:
تَعْلَمُوا مِن النُّخُمْوم مَا تَهْتَدُوْ نَ بِهِ فِي ظُلُمَا تِ
البَرِّ والبَحْرِ ثُمَ انْتَهُوْا (رواة الطبرانى)
“pelajarilah keadaan bintang-bintang supaya
kamu mendapat petunjuk dalam kegelapan darat dan laut, lalu berhentilah” (HR.
Ibnu Sunni).[6]
4.
Sejarah Ilmu Falak
Perkembangan ilmu falak atau yang lebih dikenal oleh dunia dengan
sebutan Astronomi memang laksana kurva ekonomi, sering mengalami pasang surut
bahkan pertentangan. Seperti yang kami kutip pada suatu buku perkembangan
global astronomi dari masa kemasa antara lain sebagau berikut.
v Pra sejarah sebelum 500 SM : pada era prasejarah, orang-orang
mengamati gerak harian dan musiman dari matahari, bulan, dan bintang dan
belajar ke penggunaan gerak siklis mereka untuk waktu simpan dan arah penentu.
v klasik (500 SM – 1400 M)pada periode klasik, ahli filsafat ahli
sains mulai membuat pengukuran dari atsir dan, dengan pengetahuan mereka dari
geometri, dibangun model diidealkan untuk dapat bertanggungjawab atas gerak
dari badan surgawi.
v kebangkitan kembali (1400 – 1650 M)
: pada periode kebangkitan kembali model geometris itu dimana menilai
ulang dan mendirikan tidak cukup. ahli astronomi oleh sebab itu dipikirkan
model lagi yang pertimbangkan satu jauh lebih besar tubuh dari data
berlandaskan rekaman penelitian mengakumulasi berlalu abad. ahli astronomi juga
menguntung dari satu thrcnological memajukan yang ijinkan mereka untuk
mengamati lebih lagi teleskop.
v modern (1650 M sekarang) akhirnya pada periode modern, ahli sains
mulai pencarian dari hukum fisik (seperti hukum daya berat) yang mendasari
gerakan pengamatan pada atsir. kontribusi penting yang lain untuk pemahaman
kita dari alam raya berasal dari pendahulu teknologi (untuk penelitian,ilmu
pengetahuan, elektronik, dan komputer) dan baiknya ilmu pengetahuan tentang
teknik matematis( kalkulus seperti itu) . faktor demikian berlanjut hari ini
penting.[7]
Selain pemaparan dari masa kemasa secara umum tersebut, falak
(astronomi) juga dapat ditilik perkembanganya melalui peristiwa-peristiwa
sejarah, antara lain sebagai berikut.
Ø Sejarah
falak (astronomi) di dunia
Dalam perkembanganya ilmu falak diyakini pertamakali ditemukan oleh
nabi Idris, ilmu falak terus berkembang pada abad ke-28 SM, di gunakan untuk
menentukan waktu guna penyembahan berhala, pada abad 20 SM di Tionghoa
ditemukan alat untuk mengetahui gerak matahari dan benda-benda langit. Mereka
pula yang pertama kali dapat menetukan gerhana matahari.[8]
Kemudian berkembang asumsi-asumsi mengenai bentuk bumi, menurut
Phytagoras (580-500 SM) bahwa bumi berbentuk bulat, yang di lanjutkan
Heraklitus dari Pontus (388-315 SM) yang mnegemukakan bahwa bumi berputar pada
sumbunya, Merkurius dan Venus mengelilingi Matahari , dan Matahari mengelilingi
Bumi. [9]
Setelah ilmu falak mengalami perkembangan yang pesat, pada
pertengahan abad ke-13 M ilmu falak
merambah Eropa yang dimana Eropa sedang dilanda banjir paham pada masa
itu, yang dimana paham-paham tersebut dilarang kontradiksi oleh paham gereja,
kemudian muncul Nicolas Coperlicus (1473-1543) yang berusaha membongkar teori
Geosentris dari Claudius Ptalomus, Nicolas Coperlicus lebih condong pada teori
Heleosentris daripada Geosentris yang kemudian teori Geosentris itu di bongkar
oleh Galilio Galilie dan John Kepler. Dimana penyelidikan Galilleo Galilie dan
Jhon kepler meyatakan pembenaran pada teori Heliosentris.
Namun dalam wacana historis Ilmu falak bahwa tokoh yang pertama
kali mengkritik teori Geosentris adalah Abu Raihan al-Biruni. Namun ini menjadi
perdebatan dan perselisihan dikalangan para peniliti modern tentang sejarah
ilmu pengetahuan.
Ø Sejarah
falak (astronomi) bangsa Arab
Pada masa islam kemunculan falak pada masa Rasulullah saw memang
belum mashyur, hanya beberapa yang mahir soal hitung-hitungan, wacana ilmu
falak mulai Nampak pada saat adanya penetapan tahun Hijriyah pada masa Umar bin
Khatab pada tahun 17 H.
Baru pada masa Bani Abbasiyah kejayaan
ilmu falak mulai Nampak sebagaimana pada masa kholifah Abu Jafar al Mansyur
dengan upaya menterjemahkan kitab Sindihind
dari India. Kemudian pada masa Al Makmun naskah Tabril Magesthyduterjemahkan dalam bahasa arab oleh Hunain bin
Ishak. Disinilah mulai muncul istilah ilmu falak sebagai salah satu cabang ilmu
keislaman. Observatorium didirikan di Sinyar dan Jundai Shahfur Baghdad dimasa
ini menghasilkan karya yang disebut Tables
of Makmun(astronomos/astronomy).
Masa kejayaan juga ditandai dengan munculnya beberapa tokoh anyara
lain:
a)
Al-Farghani
(Farghanus) yang bukunya
diterjemahkan oleh orang latin dengan nama Compendium.
b)
Ibnu
al-Marjiti dari Andalusia , mengubah tahun persi dengan tahun hijriah.[10]
c)
Mirza
Ulugh bin Timurlaink yang terkenal dengan ephemerisnya.
d)
Ibnu
Yunus (950-1000 m), Nasiruddin (1201-1274 M) dan Ulugh Beik (1344-1449 M) yang
terkenal dengan landasan ijtima’
penentuan awal bulan Qamariyah.[11]
e)
Abu
Ali Hasan bin al-Haytam dari bashrah
(965-1039M) dengan bukunya kitabul
Manadhir.
Beberapa tokoh tersebut sangat berpengaruh positif bagi
perkembangan ilmu falak didunia islam bahkan eropa.
Ø Sejarah
falak (astronomi) di Indonesia
Sebelum islam
datang di Indonesia telaj ada kalender jawa hindu atau tahun soko yang dimulai
hari sabtu, 14 maret 78 M. namun sejak tahun 1043 H/ 1633 M tahuin soko di
asimilasikan dengan tahun hijriyah tokoh dibalik ini adalah Sultan Agung.
Sehingga jelas bahwa pada masa kerajaan islam Indonesia umat islam Indonesia
sudah terlibat dalam pemikiran ilmu falak terbukti dengan penggunaan kalender
hiriyah secara resmi.
Setelah
indonoseia dijajah oleh Belanda, penggunaan Kalender beralih dari hijriyah ke
Masehi, namun pemerintah Belanda Tidak melarang penggunaan kalender hijriyah
pada kerajaan-kerajaan islam yang masih ada terutama dalam penetapan hari-hari
yang berkaitan dengan persoalan ibadah.
Dalam lintasan
sejarah, selama pertengahan pertama abad ke-20,peringkat kajian islam yang
paling tinggi hanya dapat dicapai di Makkah, yang kemudian diganti di Kairo[12].
Sehingga kajian islam termasuk kajian ilmu falak tidak dapat lepas dari adanya “Jaringan
ulama”. Ini terbukti adanya “Jaringan ulama” yang dilakukan oleh
ulama-ulama ilmu falak Indonesia. Seperti Muhammad Mansyur al-Batawi, ternyata
dalam lacakan sejarah kitab monumentalnya Sullamun
Nayyirain adalah hasil dari “Rihlah Ilmiyah” yang beliau lakukan
selama di Jazirah Arab.
Kemudain
mengenai eksistensi kitab-kitab ilmu falak di Indonesia sampai saat ini, Nampak
masih mewarnai diskursus ilmu falak di Indonesia. Sayangnya dalam dataran Islamic
Studies, khususnya ilmu falak nyaris terabaikan sebagai sebuah disiplin
ilmu. Bahkan ilmu falak hanya merupakan disiplin minori.
Sementara itu perukembangan ilmu astronomi di
Indonesia sangat pesat dan menggembirakan. Ini nampak dari banyaknya pakar
astronomi yang muncul, bahkan juga memiliki perhatian besar terhadap fikih ilmu
falak, seperti Prof.Dr.Bambang Hidayat, Prof.Ahmad Baiquni dsb.
Ilmu falak
sebenarnya tumbuh subur terutama di pondok-pondok pesantren di Jawa dan
sumatera, ini terbukti dengan banyaknya kitab-kitab falak hasil karya
ulama-ulama ahli hisab Indonesia antara lain.
·
Nawawi
Mahammad Yunus al-kadiri dari Kediri dengan karyanya Risalatul Qamarin.
·
Muhammad
Mnshur dari Jakarta, dengan Karyanya Sullamun
Nayyiran.
·
Qusyairi
dari pasuruan dengan karyanya Jadawil
Falakiyyah. dll.
Dan sampai
sekarang, hasanah (kitab-kitab) ilmu falak di Indonesia dapat dikatakan
relative banyak, apalagi banyak pakar falak sekarang yang ada di masyarakat
disamping adanya kecanggihan teknologi yang dikembangkan oleh pakar astronomi
dalam mengolah data-data kontemporer yang berkaitan dengan ilmu falak[13]
5.
Manfaat Ilmu Falak
Dalam penggunaan praktis, ilmu falak
merupakan ilmu yang mempelajari tata lintas pergerakan bulan dan matahari dalam
orbitnya secara sistematis dan ilmiah demi kepentingan manusia. Dari penelaahan
berbagai benda-benda angkasa ini manusia dapat mengetahui dan memanfaatkan
banyak hal.
Ilmu ini selalu ada dan dibutuhkan
dalam kehidupan manusia dan selalu dibicarakan orang disetiap waktu dan zaman.
Hal demikian mengingat betapa penting dan menariknya ilmu ini. Mengamati
langit, yang merupakan kegiatan utama ilmu falak adalah aktifitas pengamatan
benda-benda angkasa alamiah ciptaan Allah Swt yang selalu berubah dan bergerak
serta menawarkan berbagai tantangan bagi para pengamatnya. Dahulu, dan hingga
kini, langit atau angkasa merupakan obyek wisata yang menarik dan banyak
digemari manusia.
Obyek pembahasan utama ilmu falak
syar'i dalam Islam adalah fenomena bulan dan matahari. Fenomena alamiah dari
dua benda angkasa ini menjadi wasilah kebolehan dan batas waktu ibadah seorang
muslim seperti batas waktu salat, puasa dan kiblat yang diperkuat oleh berbagai
nash al-Qur’an dan as-Sunnah.
IV.
PENUTUP
a) Kesimpulan
Ilmu falakadalah ilmu yang membahas tentang orbit atau lintasan serta
kedudukan dan keadaan benda langit antar satu dengan lainya yang berhubungan
dengan ibadah. Ruang lingkup Ilmu falak pada dasarnya dapat di bedakan menjadi
dua macam, yaitu Theoretical astronomy atau ilmu falak ilmy, Practical
astronomy/observational astronomy atau ilmu falak amaly.
Dasar hukum dalam mempelajari ilmu
falak adalah Al-Qur’an dan Al-hadist, ilmu falak dalam sejarah juga mengalami
perkembangan bahkan pertentangan, tidak hanya dikalangan umat islam tapi juga
oleh para golongan gereja pada jaman dahulu. Di Indonesia sendiri perkembangan
ilmu falak muncul beriringan degan masuknya agama islam dan berdirinya
kerajaan-kerajaan islam di Indonesia. Walaupun sempat tergerus oleh kolonoial, namun
perkembangan falak di Indonesi saat ini sangat pesat..
Ilmu falak sendiri mempunyai
beberapa manfaat, khusunya dalam masalah ubudiyah orang islam antara lain
penentuan arah kiblat, waktu sholat, awal bulan dan gerhana.
b) Kritik dan Saran
Demikianlah makalah yang kami buat. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu kritik dan saran senantiasa kami tunggu guna
perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini bermafaat bagi kita
semua, Amin ya Rabbal’alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,
Jamil, Seratus muslim terkemuka, ter. Tim Penerjemah Pustaka Firdaus,Jakarta :
Pustaka Firdaus, 1987
Izzudin
, Ahmad, Fiqh Hisab Rukyah di Indonesia, Yogyakarta: Logung Pustaka,
2003
Izzudin
, Ahmad, Ilmu Falak Praktis, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012.
Nasir,
Rifa Jamaludin, di sampaikan pada perkuliahan “Ilmu Falak” IAIN WALISONGO semarang, pertemuan ke-2 MUA2, 20 maret
2014.
Rudolf,
There Was Light, New York: Alfahared AKnopt, 1957
Thomas
T. Arny, Explorations An Introduction to
Astronomy, New York : The Mc Graw Hillcompaines,2008
Turner,
Howard R., Science in medival Islam, An Illustrated introduction,
Austin: University of Texas Pers, 1997.
Wafa,
Abdul Latif Abu, al falak al hadith, Mesir
: al Qatr, 1933.
Woodward,
Mark R., Jalan Baru Islam Memetakan
Paradigma Mutakhir islam Indonesia, terj.Ihsan Ali Fauzi, Bandung : Mizan,
1998.
[1]‘ Rifa Jamaludin Nasir,di
sampaikan pada perkuliahan “Ilmu Falak”
IAIN WALISONGO semarang, pertemuan ke-2 MUA2, 20 maret 2014.
[2]‘ Howard R. Turner, Science in
medival Islam, An Illustrated introduction, Austin: University of Texas
Pers, 1997, hlm. 75
[3]‘ Ahmad Izzudin, Ilmu Falak
Praktis, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012, Cet.2 hlm 1
[4]‘ Ibid hlm.2.
[5]‘ Ahmad Izzudin, Fiqh Hisab
Rukyah di Indonesia, Yogyakarta: Logung Pustaka, 2003, Cet. Ke-1,
hlm.32-40.
[6]‘
Opcit hlm.4-5
[7]‘ Thomas T. Arny, Explorations An Introduction to Astronomy,
New York : The Mc Graw Hillcompaines,2008, cet.2.hlm.20.
[8]‘ Abdul Latif Abu Wafa, al falak al hadith, Mesir : al Qatr,
1933, hlm.3.
[9]‘ Rudolf, There Was Light,
New York: Alfahared AKnopt, 1957, Hlm.85
[10]‘ Abdul Latif Abu Wafa, Op.cit.,
hlm.203.
[11]‘Jamil Ahmad, Seratus muslim terkemuka, ter. Tim
Penerjemah Pustaka Firdaus,Jakarta : Pustaka Firdaus, 1987, Cet.1,hlm.166-170.
[12]‘ Mark R. woodward, Jalan Baru Islam Memetakan Paradigma
Mutakhir islam Indonesia, terj. Ihsan Ali Fauzi, Bandung : Mizan, 1998.
Cet.1.
[13]‘
Ahmad Izzudin, Op.cit.,
hlm.13
Komentar