cabang ilmu Ulumul Qur'an "Qhasashul Qur'an"



A.    Pendahuluan
Al-Qur’an merupakan kitab suci pedoman seluruh umat Islam yang memiliki mukjizat paling besar. Oleh karena itu, umat Islam perlu mengkaji lebih jauh terkait isi kandungan Al-Qur’an.sehingga akan diketahui subtansi yang terkandung di dalamnya.Untuk mengetahui kandungan Al-Qur’andiperlukan suatu metode keilmuan yang dikenal dengan nama Ulumul Qur’an.
Kandungan Al-Qur’an tentang sejarah atau kisah-kisah disebut dengan istilah Qashashul Quran (kisah-kisah Alquran). Bahkan ayat-ayat yang berbicara tentang kisah jauh lebih banyak ketimbang ayat-ayat yang berbicara tentang hukum. Hal ini memberikan isyarat bahwa Al-Qur’an sangat perhatian terhadap masalah kisah, Yang memang di dalamnya banyak mengandung pelajaran (ibrah). Sesuai firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alquran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.[1] Oleh karena itu kisah/sejarah dalam Al-Qur’an memiliki makna tersendiri bila dibandingkan isi kandungan yang lain. Maka perlu kiranya kita sebagai umat Islam untuk mengetahui isi sejarah yang ada dalam Al-Qur’an sehingga kita dapat mengambil pelajaran dari kisah-kisah umat terdahulu. Secara garis besar makalah ini akan menjelaskan tentang pengertian Qashashul Qur’an, macam-macamnya serta manfaat mempelajari Qashashul Quran.
B.     Rumusan Masalah
1)      Apa pengertian Qashasul-Qur’an?
2)      Apa macam-macam Qhasasul-Qur’an?
3)      Apa unsur-unsur kisah dalam Al-Qur’an?
4)      Apa tujuan dan fungsi dalam Al-Qur’an?


C.    Pembahasan
a)      Pengertian Qhasasul-Qur’an
Secara bahasa, kata Qashash berasal dari bahasa Arab dalam bentuk masdar yang bermakna urusan, berita, kabar maupun keadaan. Dalam Al-Qur’an sendiri kata Qashash bisa memiliki arti mencari jejak atau bekas[2] dan berita-berita yang berurutan.[3]
Sedangkansecara terminologi, pengertian Qashashul Qur’anadalah kabar-kabar dalam Al-Qur’an tentang keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan kenabian masa dahulu, serta peristiwa-peristiwa yang telahterjadi.[4]Sesungguhnya Al-Qur’an banyak memuat peristiwa-peristiwa masa lalu, sejarah umat-umat terdahulu, negara, perkampungan dan mengisahkan setiap kaum dengan carashuratan nathiqah (artinya seolah-olah pembaca kisah tersebut menjadi pelaku sendiri yang menyaksikan peristiwa itu).[5]
Adapun tujuan kisah Al-Qur’an yaitu untuk memberikan pengertian tentang sesuatu yang terjadi dengan sebenarnya dan agar dijadikan ibrah (pelajaran) untuk memperkokoh keimanan dan membimbing ke arah perbuatan yang baik dan benar.[6]
b)      Macam-macam Qashasul Qur’an
Kisah-kisah dalam Alquran dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1)      Kisah para Nabi yang memuat dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat yang ada pada mereka, sikap para penentang, perkembangan dakwah dan akibat-akibat yang diterima orang-orang yang mendustakan para Nabi.
2)      Kisah-kisah yang berkaitan dengan kejadian-kejadian umat-umat terdahulu dan tentang orang-orang yang tidak dapat dipastikan kenabiaanya, seperti kisah Thalut, Jalut, dua putra Adam, Ashahab al-Kahfi, Zulqarnai, Ashabul Ukhdud dsb.
3)      Kisah-kisah yang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di zaman Rasulullah seperti perang badar, uhud, tabuk dan lain sebagainya.[7]
c)      Unsur-unsur kisah dalam Al-Qur’an, yaitu:
1)      Pelaku (al-Syaksy). Dalam Al-Quran para aktor dari kisah tersebut tidak hanya manusia, tetapi juga malaikat, jin dan bahkan hewan seperti semut dan burung hud-hud.
2)      Peristiwa (al-Haditsah). Unsur peristiwa merupakan unsur pokok dalam suatu cerita, sebab tidak mungkin, ada suatu kisah tanpa ada peristiwanya.
Berkaitan peristiwa, sebagian ahli membagi menjadi tiga, yaitu :
a.       Peristiwa yang merupakan akibat dari suatu pendustaan dan campur tangan qadla dan qadar Allah dalam suatu kisah.
b.      Peristiwa yang dianggap luar biasa atau yang disebut mukjizat sebagai tanda bukti kebenaran, lalu datanglah ayat-ayat Allah, namun mereka tetap mendustakannya lalu turunlah adzab.
c.       Peristiwa biasa yang dilakukan oleh orang-orang yang dikenal sebagai tokoh yang baik atau buruk, baik merupakan rasul maupun manusia biasa.
3)      Percakapan (Hiwar). Biasanya percakapan ini terdapat pada kisah yang banyak pelakunya, seperti kisah Nabi Yusuf, kisah Musa dsb. Isi percakapan dalam Alquran pada umumnya adalah soal-soal agama, misalnya masalah kebangkitan manusia, ke-Esa-an Allah, pendidikan dsb. Dalam hal ini Alquran menempuh model percakapan langsung. Jadi Alquran menceritakan pelaku dalam bentuk aslinya.[8]
d)     Tujuan Kisah dalam Al-Qur’an
Allah telah menetapkan bahwa dalam kisah terdahulu terdapat ibrah dan nasihat bagi orang-orang yang mempelajarinya, yang merenungi kisah-kisah tersebut, mereka akan menemukan hikmah di balik pengkisahan kisah tersebut, serta menggali pelajaran dan petunjuk hidup dari kisah-kisah tersebut. Allah juga memerintahkan kita untuk bertadabbur terhadapnya, menyuruh untuk meneladani kisah  orang-orang shaleh serta mengambil metode mereka berdakwah dalam posisi kita sebagai makhluk dan khalifah di muka bumi. Jika kita menelaah kisah Al-Qur’an dengan seksama, kita akan memahami bahwa Allah menyampaikan inti penting untuk kita amalkan melalui kisah-kisah yang ada didalam Al-Qur’an. Oleh sebab itu, menurut Manna Al-qattan, kisah-kisah Al-quran mempunyai banyak faedah terpenting di antaranya[9] :
1)      Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan menjelaskan pokok-pokok syariat yang dibawa oleh para nabi (Q.s Al-Anbiya’: 25).
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad) melainkan Kami wahyukan kepadanya, "Bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Aku, maka sembahlah Aku”
2)      Meneguhkan hati Rasullah dan hati umat nabi Muhammad atas agama Allah, memperkuat kepercayaan orang mukmin tentang menangnya kebenaran dan para pendukungnya serta hancurnya kebatilan dan para pembelanya (Q.S Hud:120)
.
Artinya:” “Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu, dan didalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat, dan peringatan bagi orang yang beriman”
3)      Membenarkan para Nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap mereka serta mengabadikan jejak dan peninggalannya.
4)      Membuktikan kewahyuan Al-Qur’an dan kebenaran misi Nabi Muhammad SAW, semua yang disampaikannya adalah wahyu yang turun dari Allah demi membimbing ummat manusia kejalan yang lurus dengan memperhatikan kecermatan dan kejujuran Al-Qur’an sendiri mengisyaratkan hal ini ketika menukil kisah-kisah para nabi di permulaan maupun di akhir kisah, Allah berfiman (Q.S Yusuf: 3).
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ هَذَاالْقُرْآَنَ وَإِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الْغَافِلِينَ
Artinya: “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang lalai (belum mengetahui) .
5)      Menyibak kebohongan ahli kitab ahli kitab dengan hujjah yang membeberkan keterangan dan petunjuk yang mereka sembunyikan dan menantang mereka dengan isi kitab mereka sendiri sebelum kitab itu diubah dan diganti (Q.S Ali imran: 39).
Artinya: Lalu diseru oleh malaikat sedang ia berdiri sembahyang di Mihrab, (katanya): “Bahawasanya Allah memberi khabar yang menggembirakanmu, dengan (mengurniakan seorang anak lelaki bernama Yahya, yang akan beriman kepada Kalimah dari Allah, dan akan menjadi ketua, dan juga akan menahan diri dari berkahwin, dan akan menjadi seorang Nabi dari orang-orang yang salih.”
6)      Kisah termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para pendengar dan memantapkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya kedalam jiwa.
7)      Membuktikan kesatuan agama dan akidah seluruh Nabi as, karena mereka semua datang dari Allah, intisari dakwah mereka adalah satu dan mereka mengajak ummat manusia kepada satu tujuan.
8)      Menceritakan pertolongan Ilahi terhadap para nabi a.s dalam peperangan idiologi.
9)      Membenarkan kabar-kabar gembira dan peringatan Ilahi secara nyata dengan memberikan contoh-contoh yang nyata tentang hal itu.
10)  Menjelaskan rahmat dan nikmat Ilahi  yang telah dicurahkan atas nabi a.s sebagai hasil kedekatan hubungan mereka dengan Rabb-Nya.

e). Relevansi Kisah dengan Sejarah
Kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an sengat berbeda dengan kisah-kisah lainnya. Perbedaan tersebut terletak pada tujuan yang ingin dicapainya. Setiap orang yang ingin bercerita atau menulis cerita, ia pasti memiliki sebuah tujuan yang ingin dicapainya.
Kisah dalam Al-Qur’an memiliki nilai seni yang cukup tinggi, kisah-kisahnya pun tidak diragukan kebenarannya, walaupun tidak diceritakan secara kronologis dan dipaparkan secara rinci pada kenyataannya, sebagian kisah dalam Al-Qur’an  merupakan petikan sejarah, karena pengetahuan sejarah sangat kabur dan penemuan-penemuan arkeologi sangat sedikit untuk dijadikan bahan penyelidikan kisah dalam Al-Qur’an dalam rangka pengetahuan modern. Misalnya situs bangsa Iran yang didefinisikan sebagai bangsa ‘Ad[10] dalam kisah Al-Qur’an, Al-Mu’tafikat[11] yang mendefinisikan sebagai kota Pali, Sodom dan Gomorah yang merupakan kota-kota wilayah nabi Luth.


D.    Simpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.      Alquran merupakan kitab suci umat Islam dan manusia seluruh alam yang tidak dapat diragukan
2.       kebenarannya dan berlaku sepanjang zaman, baik masa lalu, masa sekarang maupun masa yang akan datang.
3.      Sebagian isi kandungan dalam Alquran kebanyakan memuat tentang qashas (sejarah) umat-umat terdahulu sebagai bahan pelajaran bagi umat sekarang (umat Islam).
4.      Qashashul quran adalah kabar-kabar dalam Alquran tentang keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan kenabian masa dahulu, serta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.
5.      Tujuan kisah Alquran adalah untuk memberikan pengertian tentang sesuatu yang terjadi dengan sebenarnya dan agar dijadikan ibrah (pelajaran) untuk memperkokoh keimanan dan membimbing ke arah perbuatan yang baik dan benar.
6.      Kisah dalam Alquran dibedakan tiga macam, yaitu: kisah dakwah para nabi, kejadian umat terdahulu dan kejadian di zaman Rasulullah Muhammad saw.
7.      Unsur kisah Alquran juga ada tiga, yakni: adanya Pelaku, kejadian atau peristiwa dan percakapan.
8.      Inti dari fungsi kisah dalam Alquran adalah untuk dakwah menegakkan kalimat tauhid, membantah kebohongan kaum kafir serta menjadikannya sebagai pelajaran yang amat berharga bagi umat Islam.
E.     Penutup
Demikianlahmakalah yang dapat kami paparkan. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari bahwa makalah ini sangatlah jauh dari kata sempurna, kami selaku penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah penulis harapkan dari pembaca sekalian. Sebagai analisis dan motivasi kami agar makalah kami yang selanjutnya lebih baik. Atas perhatiannya, kami ucapkan terimakasih.


Daftar Pustaka
Ash-Shiddieqy, T.M. Hasbi. Ilmu-Ilmu Alquran. Jakarta: Bulan Bintang. 1972.
Charisma, Moh. Chadziq. Tiga Aspek Kemukjizatan Alquran. Surabaya: Bina Ilmu. 1991.
Hanafi, A. Segi-segi Kesusasteraan pada Kisah-Kisah Quran. Jakarta: Pustaka Al-Husna. 1983.
Munawir, Fajrul dkk. Al-Quran. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga. 2005.
Mushaf Alquran
Shihab, M. Quraish. Mukjizat Al-Quran. Bandung: Mizan. 1998
Syaltut , Mahmud. al-Islam Aqidah wa al-Syariah. Beirut: Dar al-Qalam. 1966.



[1]Q.S. Yusuf ((12): 111)
[2]Q.S. Al-Kahfi: 64 dan Q.S. Al-Qashash: 11
[3]Q.S. Al-Imran: 62 dan Q.S. Yusuf: 111

[4]T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy. Ilmu-Ilmu Alquran. (Jakarta: Bulan Bintang, 1972). hlm. 176
[5]Manna’ Khalil al-Qaththan, Mabahits fi Ulumul Quran, (tt Masyurah al-Asyr, 1073). Hlm. 306
[6]Fajrul Munawir dkk. Al-Quran. (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005). Hlm. 107
[7]Manna’ Khalil al-Qaththan, Mabahits fi Ulumul Quran, (tt Masyurah al-Asyr, 1073). Hlm.306
[8]Fajrul Munawir dkk. Al-Quran. (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005). Hlm. 108-109
[9]Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Quran. (Jakarta: Litera Antar Nusa, 2010), Hlm. 437
[10] Ahmad Banta,Tafsir Quran Perkata.(Jakarta:Maghfirah,2009),hal 256,337,400
[11] Ahmad Banta,Tafsir Quran Perkata.(Jakarta:Maghfirah,2009),hal 198,567

Komentar

Postingan Populer