Kata Tulus
Kata Tulus, kita itu seperti sepasang sepatu, yang selalu bersama-sama, tapi tak bisa bersatu.
Kataku juga begitu, kita memang seperti sepatu. Sepatu selalu terlihat kompak jika ada di tempat yang sama, karena saat itu juga mereka bisa berdampingan, tanpa ada beban. Apalagi, jika dipertemukan dengan sepatu-sepatu yang lain, meskipun warnanya berupa-rupa, tapi mereka tetap saja dengan tenangnya berdampingan. Berbanyak rupa dan warna, namun itulah yang membuatnya nyaman dipandang mata.
Seperti hidup kita, bukan?
Kau dan aku, misalnya. Selalu dipertemukan dengan orang-orang yang berbeda, bisa saja di tempat yang sama atau di tempat yang berbeda.
Kita bertemu dengan orang dengan watak yang tak sama dengan kita, pandangan kita seringkali berbenturan. Namun, ketika kita dipersatukan di tempat dan tujuan yang sama, hubungan kita bahkan jauh lebih indah dari sebuah hubungan persabahatan: kita itu saudara.
Seperti di sebuah masjid yang megah, di setiap waktu menyembah Tuhan.
Kataku juga begitu, kita memang seperti sepatu. Sepatu selalu terlihat kompak jika ada di tempat yang sama, karena saat itu juga mereka bisa berdampingan, tanpa ada beban. Apalagi, jika dipertemukan dengan sepatu-sepatu yang lain, meskipun warnanya berupa-rupa, tapi mereka tetap saja dengan tenangnya berdampingan. Berbanyak rupa dan warna, namun itulah yang membuatnya nyaman dipandang mata.
Seperti hidup kita, bukan?
Kau dan aku, misalnya. Selalu dipertemukan dengan orang-orang yang berbeda, bisa saja di tempat yang sama atau di tempat yang berbeda.
Kita bertemu dengan orang dengan watak yang tak sama dengan kita, pandangan kita seringkali berbenturan. Namun, ketika kita dipersatukan di tempat dan tujuan yang sama, hubungan kita bahkan jauh lebih indah dari sebuah hubungan persabahatan: kita itu saudara.
Seperti di sebuah masjid yang megah, di setiap waktu menyembah Tuhan.

Komentar